Perasaan selama melakukan perubahan di kelas
Pertama kali saat saya mengikuti guru penggerak di modul pertama 1.1 mengenai Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. saya merasa bingung, mungkin karena grogi atau gugup. Padahal saya sudah mengajar lebih dari 10 tahun. biasanya saya mengajar hanya fokus kepada materi atau fokus kepada ketuntasan materi atau ajar. namun setelah mengikuti guru penggerak ini dan mengikuti filosofi dari Ki Hajar Dewantara yang di mana beliau mengajarkan agar kita menuntun mengayomi siswa bukan menjadikan siswa sebagai anak buah atau manusia yang harus dituntaskan pelajarannya tapi lebih kepada Bagaimana cara memahami mengeksplorasi pola pikir mereka Sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu saya mencoba cara baru sebagai seorang pendidik sebagai aksi nyata saya untuk memperbaiki pembelajaran ke depan seperti perencanaan yang matang tidak hanya tertulis dalam pikiran namun juga harus dalam implementasinya.
Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Mungkin untuk berubah itu adalah suatu hal yang sulit karena kita keluar dari zona nyaman kita, namun berubah juga salah satu langkah berani untuk memulai suatu perubahan dari dalam diri kita sendiri agar tujuan dari filosofi yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara bisa terlaksana. seorang guru harus bisa menjadi tempat teman yang melayani keperluan dan menuntun murid agar tercapai tujuan belajarnya. sehingga pembelajaran yang saya berikan bisa mengakomodir seluruh keanekaragaman dari semua siswa di kelas. ide yang muncul pada saat itu yaitu mengumpulkan data mengenai cara belajar dan tujuan belajar siswa.
Selain itu saya juga melakukan refleksi, di mana saya mengajak siswa melakukan refleksi terhadap layanan pembelajaran yang saya lakukan selama ini. hasilnya diharapkan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari diri saya sendiri sebagai guru dalam memberikan atau memfasilitasi pembelajaran untuk mereka.
Refleksi yang saya lakukan dengan cara mengamati, menanyakan apa yang mereka suka dan tidak mereka suka dari cara saya mengajar. Seperti gambar dibawah ini, yang saya tanyakan kepada peserta didik ke masing-masing chat WA grup kelas, yaitu kelas 10 A dan B TJKT, 11 A dan B TJKT.

Jika di artikan dalam bahasa Indonesia, maka
“Assalamu’alaikum, Mohon maaf bapak mengganggu. Bapak minta bantuan siswa dan siswi untuk memberikan Saran dan Kritik, di saat bapak mengajar di kelas. Tolong berikan saran dan kritiknya melalui Chat Pribadi dengan menuliskan nama. Tenang, ini tidak akan mengurangi nilai atau sikap bapak ke siswa siswi sekalian”
Pengalaman dan catatan praktik baik
Karena saya mengajar di SMK, sehingga membuat cara untuk mereka menyampaikan saran dan kritik nya melalui chat pribadi. Dari jawaban mereka melalui chatnya masing-masing mereka menjawab pengennya dalam pembelajaran diberikan kewenangan untuk bersantai, (bermain game), bercanda. saya tidak menentang, saya tidak memarahi apa yang mereka sampaikan kepada saya namun saya mencatat dan menyaring apa keinginan mereka. Dengan jawaban siswa seperti itu kebanyakan saya mulai melakukan perencanaan pembelajaran yaitu,Misalnya saya mengajar 4 jam mata pelajaran, sebelum memulai pembelajaran biasanya kami memulai komitmen untuk belajar misalkan dalam 4 jam mata pelajaran tersebut bagi siapa yang telah mengerjakan tugas atau dengan tertib melaksanakan pembelajaran maka akan diberikan kewenangan untuk bermain game dengan catatan bermain gamenya menggunakan earphone atau headset agar tidak mengganggu orang lain. dengan cara seperti itu saya merasa pembelajaran jauh lebih efektif jauh lebih menyenangkan karena siswa tidak merasa pembelajaran tersebut dalam kondisi tertekan, tapi lebih diarahkan kepada pembelajaran yang baik itu kondisinya sama-sama menyenangkan tidak ada paksaan sadar akan namanya siswa memerlukan pendidikan.
Berikut beberapa testimoni mereka :

